Pemerintah meresmikan ekspor perdana produk UKM melalui pusat logistik berikat (PLB) e-commerce. Tujuan ekspor produk UKM ini adalah PT Uniair Indotama Cargo di Kawasan Industri dan Pergudangan Marunda Center, Jakarta, pada Kamis (19/12).
Ekspor perdana ini merupakan kerja sama antara Kementerian Keuangan, Bea Cukai, Kementerian Koperasi dan UKM, dan Kementerian Perdagangan, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI), PT Sarinah, Koperasi NU Circle Nusantara, Lembaga Layanan Pemasaran Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (LLP-KUKM) Smesco, Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI), dan PT Ewwon Indonesia.
Direktur Kepabeanan Internasional dan Antar Lembaga Ditjen Bea Cukai Kemenkeu, Syarif Hidayat, mengatakan, program ini merupakan tindak lanjut lima prioritas Presiden Joko Widodo yang salah satunya mendorong daya saing manufaktur dan jasa modern yang mempunyai nilai tambah tinggi bagi kemakmuran bangsa serta dalam rangka mengoptimalkan pemasaran produk koperasi dan UKM.
"PLB PT Uniair Indotama Cargo merupakan perusahaan pertama di Indonesia yang mendapatkan izin penyelenggaraan PLB E-commerce tujuan ekspor dari Bea Cukai pada 28 Maret 2019 dalam rangka mendorong ekspor produk-produk UKM di Indonesia," ujar Syarif.
Syarif mengatakan hal ini merupakam langkah nyata pengembangan sinergi dan kemitraan antara pelaku usaha dengan pemerintah, pelaku usaha besar dengan pelaku usaha kecil dan menengah, peningkatan daya saing produk lokal, dan peningkatan pemasaran produk dengan jangkauan global.
Syarif mengungkapkan PLB PT Uniair Indotama Cargo melakukan ekspor perdana berupa 45.530 pcs komoditi makanan dan kerajinan tangan lokal yang berasal dari 17 IKM di Jakarta dan Nusa Tenggara Timur antara lain PNM, Kementerian Perindustrian, Bpillow, Breakday, Erha, Gossa, Humbang, Jchil, Sumber Agung Rejeki, Meybi NTT, Archee, Puff, Old Captain, Rumah Rempah, Ussy Craft, Zoneindo, dan Kapal Api. "Ekspor yang dilakukan diperkirakan akan tiba di Ningbo, China pada 10 Januari 2020," lanjut Syarif.
Dalam kegiatan ini, kata Syarif, produk IKM tersebut tidak hanya didorong dalam ekspornya tetapi juga akan dibantu untuk dipasarkan melalui marketplace di China yaitu Taobao dan Kaola pada Februari 2020. Kehadiran PLB e-commerce ekspor merupakan bagian dari PLB generasi II.
Syarif menyebut keunggulan keberadaan PLB e-commerce ekspor sebagai penyaluran atau kanalisasi adalah adanya kewajiban menyediakan alokasi tempat atau pengusahaan untuk IKM/UKM paling banyak 15 persen dari total luas penyelenggaraan PLB serta kewajiban menampilkan barang-barang tersebut pada platform e-commerce, yang tentunya hal ini sangat membantu IKM/UKM dalam mempromosikan produknya.
"PLB e-commerce ekspor akan memberikan dampak positif bagi perdagangan di Indonesia antara lain database yang akurat, media promosi IKM/UKM, dan membantu IKM/UKM dengan mengkonsolidasikan barang yang akan diekspor," ucapnya.
Hingga akhir 2019, jumlah PLB di Indonesia telah mencapai 112 perusahaan di 166 lokasi yang tersebar di seluruh Indonesia. Dan keberadaan PLB ini mampu meningkatkan efisiensi sistem logistik di Indonesia, terutama untuk mendukung supply chain bahan baku kebutuhan industri serta memberikan kemudahan prosedural untuk ekspor, antara lain konsolidasi ekspor, ekspor parsial, dan fleksibilitas negara tujuan pengiriman barang ekspor. "Dengan adanya efisiensi sistem logistik di Indonesia, maka pergerakan barang akan menjadi lebih cepat dan tepat," kata Syarif.
Syarif menambahkan, PLB ke depannya akan menjadi basis ekspor bagi produk-produk IKM/UKM Indonesia. Dalam rangka menjalankan fungsi trade facilitator dan industrial assistance, Bea Cukai dituntut untuk dapat memberikan pelayanan dan fasilitas kepabeanan yang tepat kepada pelaku usaha impor dan ekspor. "Dinamika model proses bisnis perdagangan internasional yang terus berkembang, menuntut pemerintah khususnya," ungkap Syarif.
Syarif mengharapkan kementerian atau lembaga yang terkait dengan ekspor dan impor terus berinovasi, menciptakan skema kebijakan yang dapat memberikan daya tarik bagi investor. (Rls/end)